Dalam catatan sebuah pena kehidupan seorang muslimah š Ada do’a yang diam-diam terpanjat dalam sepertiga malam yang panjang,
Sujudnya begitu khusyuk hingga dahi pun tak terasa lama ketika bersentuhan diatas sajadah.
Laki-laki yang namanya masih Engkau simpan sebagai imamku kelak,
Engkau simpan namanya sebagai ayah dari anak-anak dari rahimku,
Engkau simpan namanya yang nanti kelak menjadi penyempurna setengah dari dien ku.
Ada hati yang luruh,
Ketika aku merindukan sosok laki-laki yang terus berjuang untuk menikahiku,
Laki-laki yang terus memantaskan dirinya,
Laki-laki yang terus merindukan Rasulullah dan berharap akan ridha dari-Mu.
Ada semangat di sini,
Dariku untuk terus memantaskan diri untuk laki-laki yang mencintaimu utama dan mencintaiku karena-Mu.
Tidak mudah membentengi diri untuk bersabar dan menunggu waktu dimana diri ini dipertemukan dengannya di waktu-Mu yang sudah Engkau tetapkan,
Dimana ketika sepasang mata ini melihat, kedua telinga ini mendengar, bibir ini merekah memasang senyum dan kebahagian,
Yaitu :
Tangannya menjabat tangan waliku dalam hari pengawalan ke-SAH-an diriku dan dirinya.
Detik dimana pertama kali aku memegang tangannya, melihat kedua bola matanya dengan dekat sebagai imamku dalam menahkodai rumah tangga menuju jannah-Mu.
Robbana hablanaa min adzwajina wa dzuriyyÄtina qurrota a’yun waj’alna lilmuttaqiyna imÄman.
Aamiin Aamiin Yaa Rabbal’alamiin.
by:Ā @eanggirospidia