Duhai Akhi, Istri akhi barangkali bukan wanita tercantik di alam raya ini. Kulitnya tidak seputih salju Himalaya, dan hidungnya tak semancung Gunung Fujiyama.
Ia perempuan biasa saja. Tsaqofah agamanya pun standar juga. Tapi lihatlah dirinya dengan teliti, ia tulus ikhlas berbakti padamu akhi.
Pakaian kotormu ia cuci. Sarapan dan makanan selalu tersaji. Ibadahnya hidup sepanjang hari.
Ketika akhi berangkat ke medan nafkah ia panjatkan doa di kala dhuha agar rezeki mengalir dan penuh berkah.
Dan ketika engkau sakit ia pun turut berduka. Ia dampingi dirimu di sisi, ia usap keningmu dan ia amat berempati.
Dalam hatinya, engkau tak tahu, betapa ia tak mau berpisah dari sisimu, ia ingin engkau bugar selalu.
Duhai ukhti, pasangan kita mungkin bukan tipe idaman yang kita harapkan seperti yang hadir dalam drama Korea yang menawan.
Mungkin suami ukhti tidak seganteng model iklan, tutur katanya tak seromantis lirik-lirik lagu yang puitis.
Tapi tengoklah tanggung jawabnya. Ia bekerja seharian untuk menafkahi anak dan istri.
Ia pun senantiasa menghibur diri ukhti saat galau hati. Mungkin bukan dengan tutur katanya yang puitis, atau setangkai bunga mawar yang merekah.
Tapi dengan rengkuhan tangannya yang lembut, dan doa yang dipanjatkan untuk sang istri. Isn’t sweet, is it?
Sodaramu @LukyRouf