Kak, andai saja.
Jika waktu mengizinkanku untuk menyampaikan pesan.
Yang telah lama menjadi rahasia.
Sejauh ini.
Sebelum aku bersembunyi.
Namun, malu rasanya.
Maka aku putuskan memendamnya selama aku mampu.
Kak, andai saja.
Kau tahu bagaimana aku memberanikan diri untuk mencari semua tentangmu?
Walau aku sudah menahan hatiku agar tidak merindukanmu.
Tapi, aku kalah.
Kamu selalu memenangkan rasa rindu itu hadir.
Kak, andai saja.
Allah mengabulkan salah satu dari jutaan mimpi yang selalu ku panjatkan.
Aku harap, itu bukan tentang kita untuk saling menyatu.
Karena kurasa itu adalah hal mustahil yang selalu ku semogakan.
Tapi, tentangmu yang dipenuhi oleh jutaan kebahagiaan.
Kak, andai saja.
DIA menggerakkan hatimu.
Tuk menyapa dan mendengarkan ceritaku. Sekali saja?
Walau itu adalah untuk terakhir kalinya.
Aku akan berkata, terimakasih.
Telah menjadi pelangi dan memilihku sebagai langit.
Yang hadir tuk menyapa lalu pergi tanpa meninggalkan jejak.
Kak, andai saja.
Disaat kau mulai menyadari.
Hingga akhirnya.
Kau enggan terhadap diri ini.
Apakah aku masih diberi kesempatan?
Untuk bisa menjadi sayap pelindungmu?
Dari kejauhan?
Dalam dekapan do’a?
Akankah itu ada untukku?
Kak, andai saja.
Jika aku telah berpaling.
Pergi dan menjauh darimu.
Aku harap kau tak mencariku.
Kau tak menyapa diriku.
Karena aku sedang berusaha tuk melupakan.
Hal yang hanya memberiku luka karena aku kecewa pada impianku yang terlalu jauh meski itu indah untukku.