Presta Ok, Ngaji Juga Ok
.
.
Bagi sebagian anak muda melibatkan diri dalam pengajian atau kelompok kajian, kalau bukan aktivitas mengisi waktu luang, sebagiannya lagi menganggap tidak produktif. Lebih baik bergabung dalam kelompok yg jelas-jelas ada manfaatnya untuk masa depan. Seperti klub fotografi misalnya, kalau ahli dan mahir kedepannya bisa jadi tukang foto profesional.
.
Seakan kalau ikut kajian itu tidak prestatif. Bahkan karena saking takutnya kalau ikut ngaji nanti malah prestasinya jeblok. Mirisnya ketakutan itu sedikit terbukti dengan adanya fakta empiris, sebagian kecil mahasiswa yg tertunda kelulusannya setelah ditelusur ternyata dia ikut kajian. .
Sejatinya tidak boleh ada dikotomi atau pemisahan antara ikut kajian dengan prestasi. Bagi yg sudah ikut kajian, bukan dilarang untuk berprestasi. Begitupun yang sudah berprestasi juga masih harus ikut kajian. Kajian yang dimaksud disini adalah memahami ilmu-ilmu agama lebih mendalam. Menuntut ilmu adalah hal yang wajib bagi kita, ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah). .
Ilmu itu adalah cahaya, dianya bisa menerangi perjalanan ketika kita beramal, dengan memiliki ilmu kita akan tahu mana yang harus dikerjakan mana yang harus ditinggalkan, mana yang bisa berpahala dan boleh dilakukan dengan yang mengandung siksa jika kita melakukannya. Jadi bagi seorang muslim, ilmu itu wajib dan harus dimiliki.
.
Bukanlah saatnya lagi mempertentangkan prestasi dan ngaji. Keduanya harus berjalan beriringan dan seimbang. Prestasi perlu untuk mempermudah kita di dunia, sementara ngaji kita mendapat panduan hidup di dunia untuk kehidupan akhirat kelak. Jadi, bagi yg merasa sudah punya prestasi seharusnya merasa tidak cukup, karena buat apa berpretasi tapi tidak tahu ilmu-ilmu syar’i? Karena bisa jadi nanti prestasinya ada yang melanggar aturan syar’i.
.
Pun bagi yang sudah ngaji, bukan tidak boleh berprestasi, baik berprestasi yang ada kaitannya dengan agama ataupun prestasi yang sifatnya dunia. Sehingga ketika menjadi arsitek misalnya, menjadi arsitek yang paham ilmu syar’i. Ketika menjadi pebisnis maka menjadi pebisnis yg paham akad-akad yg syar’i. []