
Aku hanya ingin kamu membawakan sebuah bunga yang menjadi diriku. Kamu tau sendiri kan bahwa aku hanya menyukai satu bunga dari semua bunga yang tumbuh di bumi ini, jadi percuma kamu memberikan seribu bunga yang indah untuk ku, hanya sekedar untuk menggantikan satu bunga yang aku suka. Percuma saja, karena aku tidak akan menyukai bunga itu sedikit pun, bahkan sepertinya sudah tidak terhitung lagi aku telah mengatakan bahwa aku hanya menyukai satu bunga itu kepada mu, tapi kenapa? sampai saat ini kamu tidak memberikan bunga itu pada ku.
Bagaimana aku tidak akan kesal? Kamu selalu acuh dan perhatianmu selalu di bungkusi sikap dingin yang membuat ku jenuh. Ayolah sayang, bukankah aku ini adalah calon ibu dari anak-anak mu kelak, berilah celah waktu untuk ku dari kesibukanmu itu. Aku tidak meminta banyak, aku hanya ingin kamu peduli padaku. Seperti laki-laki lain yang mempedulikan wanitanya.
Sampai kapan aku mengurung perasaan sakit ini? Selama ini aku berusaha untuk meredam iri dari mereka, aku mengubur dalam-dalam kesedihanku darimu dan mengunci semua tangisanku dengan senyuman manis yang ku perlihatkan padamu. Walaupun terkadang aku merasa mencintai lelaki yang tidak memiliki hati tapi hati ini selalu meyakinkan pikiranku yang selalu bergelayut resah karena mu, aku begitu yakin bahwa dirimu sangat mencintaiku di balik kediamanmu itu.
Aku akan menunggu setia di balik ambisimu di sini, aku adalah sebuah rumah tempat kau pulang, aku adalah kelelapanmu yang kau rindu di saat lelah melanda tubuhmu dan aku adalah sebuah senter kecil yang akan kau cari untuk menuntunmu keluar dari kegelapan. Walaupun sampai saat ini kamu tidak menyadari itu. aku tau apa yang membuatmu terlupa dan tak tersadar? Ambisimu itu sayang, kecintaanmu yang teramat sangat terhadap dirimu dan hidupmu sendiri. Untuk apa-apa uang-uang itu? Jika kamu tidak memiliki waktu untuk menikmatinya. Bahkan kamu kehilangan banyak waktu termasuk waktu untuk menemui tuhanmu dan bercengkrama dengannya lewat barisan doa dan firmannya. Satu hal yang menjadi mimpi kecilku bersamamu, Aku hanya ingin menjadi sepasang kekasih yang normal seperti mereka yaitu sepasang kekasih yang di halalkan dengan pernikahan bukan seperti ini hubungan yang kau ikat dengan keharaman yang kamu sebut pacaran.
Sekonyol-konyol seorang wanita pasti memimpikan menjadi seorang istri yang shalihah untuk suaminya dan membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah dan waromah. Sayang, aku belum menjadi wanita yang shalihah untukmu. Maka dari itu aku berharap kamu tak berat hati untuk membimbingku. Aku sangat menginginkan kita bersama-sama melangkah untuk lebih baik dan mengsudahi ketidak baikan ini. Maaf bukannya aku tidak percaya tentang niat baikmu itu, tapi kamu pasti taukan sesuatu yang baik harus dengan cara yang baik juga agar menjadi baik nantinya.
Aku hanya khawatir niat baik itu jika tidak dibarengi dengan cara yang baik bahkan dilakukan dengan sesuatu yang dilarang oleh agama kita, kelak itu akan menjadi tidak baik untuk kita berdua. Kamu pasti akan menjawab bahwa hal yang kita lakukan ini sudah menjadi budaya bukan? Aku sudah menyiapkan jawabannya “ ini adalah budaya yang tidak baik, mereka yang melakukannya karena mereka tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu. Kita sudah sama-sama tahu tentang ketidakbaikan ini ayo kita tinggalkan dan berganti arah dengan jalan yang baik, karena jalan itu sudah di persiapkan untuk kita berdua”. kamu sama sekali tidak menjawabnya, mata sipit kenapa memandangiku seperti itu? Apa ini sesuatu yang aneh untuk kau dengar, apa menurutmu aku tidak pantas mengatakan ini karena aku bukan wanita yang baik. Karena aku tidak baiklah alasan kenapa aku seperti ini, karena allah aku ingin memperbaiku diriku agar menjadi baik.
Tapi lagi-lagi kamu terdiam? Kamu ingin bertanya kenapa? Baiklah aku akan menjawab. “ kita saat ini seperti akan berkendara pada suatu tempat yang baik, untuk menempuhnya ada dua jalan yang harus kita pilih. Jalan yang pertama ramai sekali meski terdapat rambu-rambu lalu lintas untuk tidak menggunakan jalan itu, namun masih saja banyak kendaraan yang menggunakan jalan itu, hal-hal yang bahaya mungkin bisa terjadi di jalan tersebut maka dari itu ada rambu-rambu larangan untuk tidak menggunakan jalan itu. Lihatlah karena banyaknya kendaraan disana sering terjadi kemacetan dan kekacawan sehingga itu akan membuat perjalanan kita akan sangat terasa jauh dan melelahkan. Lalu ada jalan kedua, jalan ini sebenarnya banyak yang tahu hanya mereka berpura-pura tidak tahu saja, tidak ada rambu-rambu larangan untuk tidak menggunakan jalan ini malah jalan ini dibuat untuk orang-orang yang hendak pergi ke tempat dimana yang menjadi tujuan kita. Jalan ini sangat bagus, tertata dan keamanannya sangat terjaga. Sehingga tidak ada bahaya yang mengancam kita. Kemacetan pun tidak di temukan di jalan ini maka dari itulah kita akan segera sampai dengan cepat ke tempat tujuan kita berdua” tidak perlu dijelaskan, kamu pasti sudah apa yang aku maksud. Aku bukan tidak tahan untuk kamu nikahi, tapi aku hanya tidak menunggu terlalu untuk menyempurnakan separuh dari agama. Sempurnalah hidupku bersama mu segala hal yang kita lakukan akan berbuah ibadah. Termasuk memegang tanganku, sebenarnya aku sangat ingin kamu memegang erat tanganku ketika kita berjalan-jalan tapi lima tahun ini kita berhasil menjaga. Waktu yang tidak sebentar untuk menjaga jinah itu tidak terjadi, tapi tetap saja terjadi karena hubungan ini adalah jalannya.
Tunggu apa lagi sayang, hentikan perjalanan kita di jalan yang salah ini. Esok atau lusa secepatnya kamu menghadap ayahandaku dan jangan lupa kamu membawa bunga yang menjadi diriku. Edelweis, edelweis dan edelweiss. Iya… bunga edelweis. Aku sering menceritakan bunga edelweis padamu bukan? Saking seringnya hingga kamu tidak menanyakan alasan kenapa aku menyukai bunga itu. hehehe… Aku tidak akan marah, karena aku sudah memahamimu dan kebal dengan ketidak pedulian mu itu. Sayang, kamu harus tau tentang alasan ini, meski kamu tidak menanyakannya aku tetap aka memberi tahumu.
Ada edelweis dalam jiwa ku, aku merasa ada kesamaan dalam diriku dengan edelweis dan aku berharap kamu tidak keberatan jika dirimu ku anggap sebagai gunung untuk edelweiss, aku. Kamu tau sendiri kan sayang aku sudah mengatakan pada mu bahwa yang abadi pada sebuah edelweis itu bukanlah lama mekarnya dari bunga edeleweis tapi yang abadi adalah kesetiaanya pada gunung. Ia tidak akan berpindah dari gunung meski ada tempat yang lebih indah untuknya. Maka hal yang sama akan ku lakukan padamu, cinta yang telah tumbuh ini tidak akan berpindah ke siapapun lagi meski ribuan lelaki mencoba mendekati untuk mengambilnya, tak akan ku biarkan sedikit pun mereka untuk merebutnya darimu, karena sudah ku putuskan cinta ini hanya akan tumbuh bersama mu dan ada hanya untuk mu bukan untuk yang lain, seperti edelweis yang hanya ada untuk gunung.
Sedari awal aku mengenalmu, aku sudah mengatakan bukan? Jangan membuat aku jatuh cinta jika pada akhirnya kamu akan meninggalkan cinta yang telah ku jatuhkan untuk tumbuh, karena cinta ku ini seperti bunga edeleweis yang hanya akan tumbuh pada satu tempat di sebuah gunung, daratan yang tinggi. Tidak akan ada lagi tempat baginya untuk tumbuh di tempat lain sampai edelweis itu mati dan membusuk ia akan tetap di tempat yang sama, gunung. Jadi berhati-hati menjaga cinta ini, kamu sakiti pun ia akan bertahan untukmu. Ia tidak akan pergi meski kamu sendiri yang meminta. Tapi aku melihat gunung tidak melakukan itu pada edelweis, meski ia besar dan tinggi tidak pernah ia berani untuk meminta edelweis pergi dari gunung dan turun ke lembah. Karena gunung tanpa edelweis apalah artinya. Hal yang sama ku minta darimu perlakukan aku seperti gunung terhadap edelweiss.
Angin di sana memang begitu kencang, tapi edelweis begitu kokoh sehingga ia tetap kuat berdiri menari di atas gunung bersama angin. Ia akan selalu bermekaran indah meski terselimuti hawa dingin di atas gunung. Hal yang sama ku dapat dari mu yang menjadi gunung untuk ku, karena aku adalah edelweis yang mencintaimu. Tapi kini edelweis mu sedang merasa layu karena seiring dengan sikapmu yang berubah setelah aku mengatakan untuk berpindah jalan karena jalan yang sudah lima tahun yang kita tempuh itu adalah jalan yang salah, kita seperti melawan arah.
Aku memang kelelahan dan nampak seperti terserang hama karena terlalu sering di abaikan oleh gunung. Namun, aku menyembunyikan hama yang hendak mematahkanku di balik mekar ini yang indah untuk terlihat oleh gunung. Seiring dengan keacuhanmu yang menjadi tak bosan untuk membuat ku berhenti memperbaiki diri, sikap dingin mu alasan untukku agar secepatnya berbenah diri.
Sebenarnya aku bosan menceritakan tentang edelweis lagi pada mu, tapi di penghujung luka yang kau tanam kemarin ketika tangan mu menggemgam erat wanita lain. Sejak itu pula aku memutuskan bahwa dirimu bukanlah gunung untuk edelweis lagi. Tempat yang ku cinta terrnyata itu adalah sangkar derita ku dan jelak tawa yang mengatup luka ternyata itu adalah sumber dari tumpahnya air mata ku. Benci memang jika aku mengingat itu. Namun aku sadar benci ini hadir untukmu karena ada sebuah alasan tapi cinta ini hadir tanpa ada sebuah alasan. Aku tidak akan berhenti mencintaimu, ribuan belati pun yang kamu tusuk untuk mematahkanku, aku akan tetap ada meski kamu tidak bisa melihatku lagi. Kini aku tau sayang, alasanmu di balik sikap dinginmu itu, aku sudah berjanji tidak akan menangisinya lagi, aku mengikhlaskan rasa tulus cinta ini untuk kamu tindas dan kamu jatuhkan hingga ia benar-benar tidak bisa untuk bangun dan bangkit kembali. Anggap saja edelweis itu sudah mati dan punah di bumi ini, karena untuk tumbuh kembali rasanya mustahil untuk terjadi. Luka yang kamu berikan melebihi racun yang membunuh bunga yang sedang bermekaran indah di sebuah taman. Semuanya bias menjadi bunga pilu yang menyedihkan. Untuk apa aku menangisi kerinduanku dulu padamu? Mungkin ketika kamu tau air mata ini ku tumpahkan karena rindu pada dirimu, hati mu tertawa puas menatap kebodohanku yang begitu mencintaimu.
Sampai saat ini aku masih saja terperangkap dalam pikiranku sendiri, aku masih terjebak dengan perasaan yang ada dalam hati ini, sehingga sulit bagiku untuk bangkit dan berhenti mencintaimu. Gunung itu telah berhianat dan mengusir sang edelweis hanya karena ada bunga yang lebih indah darinya. ia tidak sadar bahwa banyak tempat yang menawarkan untuk di tumbuhi oleh edelweis tapi ia tetap memilih gunung meski ia harus bersaing dengan tumbuhan lain. bahkan karena ia memilih gunung orang-orang yang mencintainya harus bersusah payah untuk menemuinya. Terimakasih hanya berselang tak lama aku memintamu untuk menikah denganku, kamu memperlihatkan dirimu yang sesungguhnya. Padahal aku seperti karena ada sebuah alasan. Keputusanku untuk berhijab yang kamu tentang sampai tanpa malu aku meminta kepada mu untuk segera menghitbahku semua ku lakukan bukan karena ingin memilikimu seutuhnya. Tapi sebelum itu menjelang, aku ingin menyempurnakan hidupku, agamaku dan ibadahku.
Awan itu akan selalu berada di langit bukan? begitupun dengan diriku meski hanya sebatas asap kenangan. Bagaimanapun aku akan tetap bersamamu, karena aku menempatkan dirimu dalam udara yang ku hembus. Seberapa sering kamu menyakitiku, kini aku akan tetap mencintaimu dalam kebisuanku. Aku menitipkan dirimu dalam doa-doaku, biarlah dia yang berbicara karena mulutku sudah berhenti untuk menyebut namamu, kamu tidak akan melihat lagi tawaku bahkan wajah yang selalu di guyuri hujan air mata karena menahan rindu dan ketika wajah itu menatapmu, tatapan perih ia terima, wajah yang tidak bahagia kamu suguhkan untukku, mungkin cinta tulus yang ku miliki adalah beban berat untuk hidupmu. Apa lagi dengan permintaan kemarin yang dengan sekejap kamu menjatuhkanku.
Hmmmm… Entahlah, sebenarnya aku pun tidak ingin karena dengan jelas kamu tidak menginginkannya bukan? jangan khawatir secepatnya aku akan melupakan tentang mu, termasuk melupakn tentang perasaan ini.
Aku akan menyimpannya dalam doa dan mengikatnya untuk diam dalam hati ini, karena perasaan inilah alasan ku untuk tersenyum dan memakai topeng bahagia ini yang menutupi kesedihanku dari orang-orang. Mereka hanya tidak tahu saja di balik tawa lepas ku betapa aku berusaha keras untuk bertahan dari kerapuhan yang membuatku semakin patah untuk menjalani hidup untuk wanita yang tidak biasa sepertiku.
Aku yang masih saja bodoh, buktinya hingga saat ini aku masih saja terperangkap dalam pikiranku sendiri, aku masih terjebak dengan perasaan yang ada dalam hati ini, sehingga sulit bagiku untuk bangkit dan berhenti mencintaimu. Gunung itu telah berhianat dan mengusir sang edelweis hanya karena ada bunga yang lebih indah darinya. ia tidak sadar bahwa banyak tempat yang menawarkan untuk di tumbuhi oleh edelweis tapi ia tetap memilih gunung meski ia harus bersaing dengan tumbuhan lain. bahkan karena ia memilih gunung orang-orang yang mencintainya harus bersusah payah untuk menemuinya.
Aku sedikit berharap untuk hari ini? mungkin memang seperti mengharapkan hujan pada siang yang terik. tapi bagiku itu tidak masalah.
kamu pasti tau tentang harapankan? Harapan itu memang seperti pelangi setelah hujan. yang membuat kita tersenyum meski hati terperangai dalam kesedihan. Setiap waktu aku merangkai harap, ia seperti puzzle-puzzle kecil yang menyusun sebuah impian. Mungkin Kehadiran wanita itu akan menlanjutkan puzzle harapanku yang terangkai bersamamu, tapi dia tidak akan menggantikan diriku sebagai edelweismu. Ini adalah cara tuhan untuk memberi kabar bahwa sebentar lagi aku akan di jemput untuk pulang.
Aku hanya sementara singgah di dunia, tapi aku tidak menyinggahi sementara dalam hatimu. Tuhan pasti memiliki alasan ia mencoba memberi tahu ku meski harus dengan rasa sakit yang menyedihkan, namun sesakit apa pun luka yang kau tanama cinta dalam hati ku masih tetap utuh untuk mu. Sayang,
Aku berhasil menyembunyikan segala hal tentang diriku padamu, segala sesuatu yang membuatmu sulit akan aku hindarkan dari mu dan apapun yang akan membuat hidup mu menjadi berat akan ku tepis untuk menjauh dari mu. Kamu pasti tidak tahu kan? Selama ini ada tamu dalam tubuhku, tamu itu menguasai tubuhku, membuatku lemah dan sakit yang tak lebih parah dari kemarin. Tapi sakit ini membawa daya ku untuk hidup, ia mengendalikan kesakitanku hingga aku jatuh dan sepertinya akan patah.
Tamu itu menyerang otakku mungkin ia ingin memberhentikanku untuk tidak memikirkanmu. Ketika kamu bertanya kenapa aku menutup kepalaku dengan kain yang panjang? Inilah alasannya sebab rambut-rambut itu telah menghilang. Dengan sangat keras, Aku menyembunyikan tamu itu darimu karena aku tidak ingin terlihat lemah di matamu , aku masih ingat ketika aku mengajak mu untuk bertemu di sebuah danau yang menjadi tempat pertama untuk kita menatap wajah satu sama lain, aku ingin makan malam di sana dengan mu, tapi kamu selalu sibuk dan tak punya waktu. padahal menurut ku untuk sekadar makan malam tidak menghabiskan seluruh waktu hidupmu bukan? Tidak apa-apa sayang, aku telah memesankan mu untuk makan malam di sana bersama wanita kemarin. Pergilah bersamanya aku akan bahagia memandangi dirimu yang memegang erat tangannya. Akupun sudah menyukai kekasih lain, aku mulai jatuh cinta padanya meski dari awal kedatangannya aku sangat membencinya karena ia akan merampas segala tentang ku. Cinta ku bernama Brain cancer yang sudah dua tahun lalu menjadikan tubuhku sebagai istananya untuk hidup. Dan sepertinya ia berhasil merampasnya dari ku termasuk hidupku, tapi ada satu tempat di tubuhku yang tidak berhasil ia ambil yaitu sebuah hati. Kenapa? Karena di dalam hatiku ada dirimu.
Aku pamit syuhel… Berbahagialah dengan wanita yang kau pegang erat tangannya kemarin. Jangan mengabaikannya seperti kamu yang selalu mengabaikanku. Cukuplah aku yang tegar mencintaimu di balik sikap dingin mu itu, cukuplah rindu ku yang menangisi menanti kau menanyakan kabar tentang ku di saat aku berjuang untuk hidup bersama mu, cukuplah cinta ini yang tetap bersemi meski dalam balutan luka kini ia tumbuh dalam barisan doa-doa yang baik untuk mu dan cukuplah aku yang menjadi edelweismu.
kucukupkan pula kisah hidupku bersamamu di sini.
Aku sedikit berharap untuk hari ini? mungkin memang seperti mengharapkan hujan pada siang yang terik. tapi bagiku itu tidak masalah.
kamu pasti tau tentang harapankan? Harapan itu memang seperti pelangi setelah hujan. yang membuat kita tersenyum meski hati terperangai dalam kesedihan. Setiap waktu aku merangkai harap, ia seperti puzzle-puzzle kecil yang menyusun sebuah impian. Mungkin Kehadiran wanita lain akan menlanjutkan puzzle harapanku yang terangkai bersamamu, tapi dia tidak akan menggantikan diriku sebagai edelweismu. Ini adalah cara tuhan untuk memberi tahu ku bahwa sebentar lagi aku akan di jemput untuk pulang ke rumah keabadian.
Aku hanya sementara singgah di dunia, tapi aku tidak menyinggahi sementara dalam hatimu. Tuhan pasti memiliki alasan ia mencoba memberi tahu ku meski harus dengan rasa sakit yang melukai, namun sesakit apa pun luka yang kau tanama cinta dalam hati ku masih tetap utuh untuk mu.
Aku berhasil menyembunyikan segala hal tentang diriku padamu, segala sesuatu yang membuatmu sulit akan aku hindarkan dari mu termasuk menyembunyikan penyakit ini, Brain cancer yang sudah dua tahun lalu menjadikan tubuhku sebagai istananya untuk hidup. Dan sepertinya ia berhasil merampasnya dari ku termasuk hidupku, tapi ada satu tempat di tubuhku yang tidak berhasil ia ambil yaitu sebuah hati. Kenapa? Karena di dalam hatiku ada dirimu.
Aku pamit syuhel… Berbahagialah dengan wanita yang kau pegang erat tangannya kemarin. Jangan mengabaikannya seperti kamu yang selalu mengabaikanku. Cukuplah aku yang tegar mencintaimu di balik sikap dingin mu itu, cukuplah rindu ku yang menangisi menanti kau menanyakan kabar tentang ku di saat aku berjuang untuk hidup bersama mu, cukuplah cinta ini yang tetap bersemi meski dalam balutan luka kini ia tumbuh dalam jajaran doa-doa yang baik untuk mu dan cukuplah aku yang menjadi edelweismu.
Wassalamualaikum,
Zulaeha zahran.