Jangan Jadi Muslimah Deadliner!

0
1553

“Pulang sekolah kudu rapat rohis, ntar sore ada pengajian di rumah en kudu bantuin nyokab di dapur, malemnya ngerjain PR Fisika 25 soal, belom lagi tugas hafalan hadits dari guru Agama yang kudu disetor besok, ditambah deadline nulis dari klub jurnalistik. TIIDAAKK!!!!” -catatan Amoy yang lagi pusying

Sahabat Majelis Tausiyah Cinta, pernah nggak sih, berada dalam kondisi yang mirip kisah di atas? Deadline (batas akhir) ngumpulin  tugas numpuk di hari yang sama. Bukannya kelar justru berantakan akibat nggak bisa bagi waktu. Atau, kelar sih.. but hasilnya nggak maksimal en ngerjainnya modal nekat. Asal jadi, asal numpuk.. lha daripada kena punishment dari guru? Hii syerem!

Amoy contohnya, muslimah dengan segudang tugas mulai dari tugas rohis hingga tugas dapur. Nggak jarang doi lembur sampai larut malam gegara dikejar-kejar ama deadline. Bahkan di dinding kamarnya nempel kertas ukuran A3 dengan caption bold : don’t disturb my date with deadline! Dasar Amoy sang muslimah deadliner. Ampun deh, Moy! E, jangan-jangan sahabat  ada yang jadi kembarannya Amoy? Cek..cek..

Muslimah deadliner merupakan sebutan  bagi muslimah yang hobinya ngerjain en ngumpulin tugas mepet deadline. Misal nih, seminggu yang lalu kita diberi tugas bikin cerpen dari dosen en dikumpulin paling akhir hari Jumat pukul 09.00 tet. Because kita sibuk , akhirnya ngerjain cerpennya setengah jam sebelum tugas tersebut dikumpulin. Endingnya, pukul 9 tet tuh cerpen yang dibikin dengan jurus the power of kepepet nyelip juga di antara tugas temen-temen yang lain. Tapi Sis, bayangin deh, misal cerpen tersebut nggak kelar padahal deadline udah lewat, gimana dong?? Nangis tarik kerudung sambil gulung-gulung di halaman kampus? Ihiks..ihiks..

Sahabat yang saya sayangi karena Allah, mungkin kita pernah kali ya, jadi muslimah deadliner. Tapi pertanyaannya, kenapa sampai bisa jadi muslimah deadliner? Oke, mungkin ada yang bilang kalau nggak ngerjain mepet deadline tuh rasanya kurang afdhol. What? Tapi yakin bisa kelar dengan hasil maksimal? Catet, mak-si-mal! Alias upaya terbaik yang kita keluarkan untuk mengerjakan tugas tersebut. Jangan-jangan, kita ngerjainnya asal-asalan alias nggak serius. Udah tau kan, kalau mepet deadline itu rawan sama ketinggalan deadline? Hati-hati deh..

Atau alasan lainnya adalah karena kita sulit ngatur waktu. 24 jam dalam sehari rasanya kurang kalau ngelirik aktivitas yang seabrek. Akhirnya muslimah deadliner jadi pilihan, berlindung dari kata “entar ah entar” masih ada waktu. Entar ah entar, masih sibuk ini dan itu. Ketika deadline udah di ujung idung, barulah kita sadar en menyesal. Kenapa nggak jauh-jauh hari menyiapkan dan ngerjainnya? En yang lebih parah lagi, akibat menjadi korban keganasan sang deadline, jadwal ngaji Islam pun tergantikan oleh si tugas  karena harus berlari ngejar waktu! Parah nggak sih, Dear?

So, gimana dong caranya nge-halau virus muslimah deadliner?

Nah, Rahma Syahidah  punya tips nih bagi Kalian yang pengen tobat jadi muslimah deadliner, hehehe. Yang pertama adalah melakukan pemilahan aktivitas.

Ingat lima perkara, sebelum lima perkara

Sehat sebelum sakit

Muda sebelum tua

Kaya sebelum miskin

Lapang sebelum sempit

Hidup sebelum mati

(Al Hadist)

 Begitu berharganya waktu, bahkan Allah juga mewarning dalam surat Al Ashr. So, manajemen aktivitas merupakan hal penting agar kita nggak menyia-nyiakan waktu. Kita perlu memilah aktivitas yang penting dan mendesak, nggak penting tapi mendesak, dan penting tapi nggak mendesak. Pemilahan waktu ini bertujuan agar seluruh aktivitas kita ringan. Coba deh, kita klasifikasikan setiap aktivitas yang bakal kita lakukan.

Contoh, tugas Biologi harus dikumpulin lima hari lagi sedangkan sore ini ada jadwal  kajian di masjid kampus. So, kita bakal milih hadir ke kajian terlebih dahulu karena mengkaji Islam merupakan aktivitas yang penting dan mendesak, sedangkan tugas Biologi bisa kita kerjakan malam harinya atau besok karena penting tapi nggak mendesak, artinya masih bisa kita tunda. Dengan memilah aktivitas, kita jadi ngerti en nggak bingung lagi mana aktivitas yang kudu didahulukan dengan yang bisa ditunda atau justru nggak dilakuin sama sekali.  Remember, setiap aktivitas yang kita lakuin bakal kita pertanggungjawabkan. Sehingga memilih aktivitas pun pasti orientasinya adalah untuk meraih ridho Allah. Sepakat?

Kedua, bikin jadwal rutin. Ini penting en perlu banget kita praktekin. Catatlah jadwal rutin kita setiap harinya. Terkadang kita jadi muslimah dedliner juga karena penyakit lupa dengan tugas. Pernah kan? Nah, dengan mencatat jadwal rutin manajemen waktu kita juga bakal tertata en sistematis. Kapan kita ngerjain tugas, apa yang akan kita kerjakan setalah pulang sekolah, berapa durasinya, semua tursusun rapi dengan mencatat. So, udah nggak ada alasan lagi buat jadi muslimah deadliner karena lupa ya!

Ketiga, ingat kuncinya adalah disiplin. Yup, kita musti disiplin dengan jadwal rutin yang udah kita buat. Kalau perlu catat di lembaran kertas dan tempel di dinding kamar biar kita selalu inget dengan jadwal rutin yang udah dirancang. Atau bisa juga dicatat di buku khusus yang kita punya.

Terakhir, Let’s Take Action. Praktek. Selepas baca artikel ini, kudu diamalkan biar ilmunya nggak ngendon di pikiran kita aja. En yang paling penting penyakit muslimah deadliner akan enyah jauh-jauh dari diri kita. Hehehe. Selamat mencoba!

Comments

comments

SHARE
Previous articleAntara Rekan Dunia dan Sahabat Akhirat
Next articleLISENSI HATI (Karna cinta bukan semata milik kita, tapi Dia)
mm
Rahma Syahidah. Seorang mahasiswi di Universitas Negeri Malang jurusan Sastra Indonesia. Pertama kali menangis di Nganjuk pada tanggal 30 Juni 1995. Aktivitas utamanya adalah dakwah. Menulis adalah aktivitas sampingan yang sudah digeluti selama kurang lebih tiga tahun terakhir. Bukan berarti menulis tidak diprioritaskan, karena dirinya menjadikan aktivitas menulis menjadi aktivitas yang harus bernilai ibadah dan mendukung aktivitas dakwahnya. Menjadi admin instagram Fiqih Muslimah semakin membuatnya bersemangat dalam mengopinikan Islam lewat dunia maya. Selain itu, puluhan bukunya sudah terbit di beberapa penerbit seperti Al Azhar Fresh Zone berjudul "Tukang Becak Ikut Ngaji" garapan antologi bersama ust Luky Rouf, MediaTeen Press, Penerbit Soega, Pena Indhis, dll. Karyanya juga dapat dinikmati di majalah GreenSoul.