Pada zaman sekarang, kita sungguh mengatakan “miris” terhadap sebuah rasa malu. Bagaimana pemuda-pemudi dengan santainya bermesraan di khalayak umum. Mereka seakan merasa benar dengan apa yang telah mereka lakukan. Ya ukhty, kemanakah sifat malumu? Akhi kau juga, kemana sifat malumu itu?
Dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu alaihiwasallam bersabda, “Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya.” Hadist ini mengajarkan kepada kita bahwa rasa malu tidaklah tercela. Sifat malu adalah sebuah permata dalam jiwa. Ia mampu mendatangkan kebaikan dan menghilangkan kemungkaran. Lantas, kiranya apa penyebab rasa malu itu telah hilang dalam jiwa seorang muslim?
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjawab dalam kitabnya yang berjudul Ad-Daa’ wad Dawaa’. “Malu merupakam sumber kehidupan hati dan inti dari segala kebaikan. Hilangnya rasa malu berarti hilangnya seluruh kebaikan. Penyebab rasa malu itu hilang adalah maksiat.”
Adalah maksiat, merupakan penyebab hilangnya rasa malu di dalam jiwa. Ungkapan ini benar adanya. Bagaimana kemaksiatan yang dilakukan pemuda-pemudi di zaman ini. Mereka terus-menerus melakukannya, hingga mereka menganggap biasa perbuatan tersebut. Rasa malu itu hilang, karena suatu dosa yang kita lakukan terus-menerus hingga membuat itu terlihat biasa.
Ibnu Qayyim menjelaskan hal ini, “Maksudnya, dosa-dosa melemahkan rasa malu seorang hamba, bahkan bisa jadi menghilangkan secara keseluruhan. Akibatnya, pelakunya tidak lagi terpengaruh atau risih saat banyak orang mengetahui kondisi dan prilakunya yang buruk. Jika seseorang sudah sampai pada kondisi tersebut, maka tidak dapat diharapkan lagi kebaikannya.”
Duhai muslimin, jauhkan maksiat, jauhkan pula dosa di dalam hatimu. Rasulullah shallallahu alaihiwasallam ingin kita semua memasuki surga-Nya. Beliau juga tak ingin kita sengsara di dunia. Bahkan Beliau menangis dengan penuh kerinduan untuk berjumpa dengan kita. Tak inginkah kau terlihat sempurna dimata Allah dan Rasul-Nya?
Maka perlahan tapi pasti. Marilah kita menjadi cahaya di tengah gelapnya kemaksiatan. Marilah kita menjadi pelangi di tengah mendungnya awan. Dan marilah kita menjadi mentari, dalam senja yang begitu menawan. Tinggalkanlah maksiat, timbulkanlah rasa malumu. Karena rasa malu itu adalah tanda keimanan dan merupakan amalan shalih.
“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal shalih ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizing Rabb mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga ialah: ‘Salaam.’” (QS. Ibrahim: 23)