Seperti kayuhan sepeda, do’a yang berulang suatu saat akan sampai ke tempat tujuan.
Sama sepertimu,
Aku masih saja berseru tentang itu,
Tentang rindu yang hanya mampu kujamah lewat do’a.
Tentang cinta yang tak berani ku utarakan pada semesta.
Tentangmu yang masih terjaga rapi dalam rahasia-Nya.
Dan rasa yang tak seyogyanya kuumbar begitu saja.
Sama sepertimu,
Selalu saja terselip do’a untuk sosok yang kusemogakan.
Sosok yang kuharap dapat membersamaiku dalam mengaminkan setiap munajat yang terucap.
Hingga tiba masanya, kita adalah sepasang insan yang sujud bersama dalam balutan cinta.
Hanyut dalam kekhusyukan dan syukur tak terkira.
Sama sepertimu,
Aku sedang berjuang membenahi diri.
Mencoba memantaskan apa yang selayaknya kupantaskan.
Agar kelak menjadi apa yang pantas kau dapatkan.
Mungkin, aku tak seindah yang kau inginkan.
Pun tak sesolehah yang kau harapkan.
Namun percayalah, aku sedang berusaha menjadi bidadari seperti yang kau dambakan.
Kita bukan insan yang kesepian.
Sendiri bukan masalah bagi jiwa yang senantiasa dekat pada Rabb-nya.
Karena suatu hari, lantunan pinta yang terijabah akan menjadi pelipur diri.
Merindumu adalah hal yang tak pernah menjenuhkan.
Kita adalah sosok yang mampu mencintai dalam diam.
Dalam lantunan do’a yang tak pernah padam.
Terus,
Lagi,
Dan berulang.
Atas nama do’a, bahwasannya hanya itu yang bisa kita terka.
Percaya bahwa Rabbi Sang Maha Cinta sedang menuntunmu dan menuntunku menuju bahagia.
Entah di dunia atau kelak di jannah-Nya.
Rapalkan sekali lagi, dalam setiap sujudmu.
Dalam doa-doa setelah Ibu-Bapakmu.
Sama sepertimu, pun itu yang kulakukan.
Pintakan kebaikan untuk separuh agamamu. Karna tulang rusukmu sedang menantimu. Entah aku, atau siapapun itu.