Mengenal Imam Asy-Syafi’i

0
2324

Imam Asy-Syafi’i di lahirkan di Gaza pada tahun 150 H di sebuah desa yang masuk wilayah administratif di Asqalan. Dimana pada tahun yang sama, bertepatan dengan meninggalnya Imam Abu Hanifah. Garis keturunan dari jalur ayahnya bertemu pada ‘Abdul Manaf bin Qushai yang merupakan bani Muththalib. Ibu Imam Asy-Syafi’i yaitu  Fathimah binti Abdillah bin Al-Hasan bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib.

Pada usia dua tahun, ibunya yang berasal dari suku Azd, membawanya ke Hijaz dan bergabung dengan komunitasnya yang merupakan penduduk Yaman. Saat Imam Asy-Syafi’i menginjak usia sepuluh tahun, ibunya membawanya ke Makkah karena khawatir nasabnya yang mulia akan tersia-siakan.

Imam Asy-Syafi’i terlahir sebagai keluarga yang miskin. Sehingga keluarganya tidak memiliki biaya untuk membayar biaya pendidikan. Akibat hal tersebut, gurunya mengurangi jam belajarnya. Namun, sejak kecil Imam Asy-Syafi’i merupakan anak yang cerdas, ia mampu melahap semua yang diterangkan oleh gurunya dan mengajarkannya kepada anak-anak yang lainnya. Hal tersebut yang membuatnya terbebas dari biaya pendidikan.  Peristiwa tersebut berlangsung selama tujuh tahun, yakni hingga ia menamatkan pelajaran Al-Qur’an.

Syafi’i berkata: “ Ketika aku sudah menamatkan Al-Qur’an, aku belajar dan menghapal hadist serta semua permasalahan (fikih) kepada beberapa ulama. Waktu itu kami tinggal di Makkah, tepatnya di Sya’b al-Khaif. Aku sangat miskin bahkan untuk membeli kertas pun aku tidak mampu sehingga aku memungut tulang untuk keperluan mencatat pelajaranku”

Imam Asy-Syafi’i berguru dengan beberapa orang guru yang diantaranya : Muslim bin Khalid az-Zinji , Sufyan bin Uyainah Al –Hilali (termasuk salah satu dati tiga rawi hadist yang terpercaya), Ibrahim bin Yahya (Salah seorang ulama di Madinah), Malik bin Anas (Imam Asy-Syafi’i membaca kitab al-Muwaththa’ setelah ia menghapalnya di luar kepala) , Waki’ bin al-Jarrah bin Malih al-Kufi, Hammad bin Usamah al-Hasyimi al-Kufi, Abdul Wahhab bin Abdul Majid al-Bashri. Ia menikah dengan Hamidah binti Nafi’ bin Unaisah bin ‘Amr bin Utsman bin Affan.

Beberapa keistimewaan Imam Asy-Syafi’i yaitu memiliki akhlak yang mulia dan garis keturunan yang sejajar dengan al-Hakam bin Abdul Muththalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Muththalib adalah satu”

Beliau menghapal Al-Qur’an, mengetahui hukum wajib dan sunnah di dalamnya, dan mampu mengadaptasinya dalam berbagai disiplin keilmuan yang ia miliki. Beliau juga menguasai hadist-hadist yang diriwayatkan para perawi dan memiliki kejelian untuk membedakan mana hadist yang shahih dan yang tidak shahih. Imam Asy-Syafi’i sangat Tawadhu terhadap ilmunya. Al Hasan bin Abdul Aziz al-Jarwi al-Mishri: “ Imam Asy-Syafi’i berkata: “Demi Allah, tiada seorang pun yang aku temui yang aku relakan terjerumus dalam kesalahan. Tidaklah aku menemui seseorang kecuali aku berdoa : ‘Ya Allah, alirkanlah kebenaran di dalam hati dan lisannya. Jika kebenaran itu ada padaku, maka buatlah ia mengikutiku dan apabila kebenaran itu ada padanya, maka buatlah aku mengikutinya

Imam Asy-Syafi’i juga merupakan seorang  intelektual Quraisy. Dari Ibnu Mas’ud . Ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kalian memandang rendah suku Quraisy karena ulamanya akan memenuhi bumi dengan ilmu. Ya Allah, Engkau mencicipkan adzab bagi generasi awal mereka, jadi cicipkanlah anugerah kepada generasi akhir mereka”

Al-Razi berkata: “ Hadist ini membahas seorang laki-laki yang memiliki tiga kriteria; Pertama:Ia berasal dari suku Quraisy, Kedua: Ia merupakan ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu pengetahuan , Ketiga: Ia merupakan ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu pengetahuan dimana ilmu tersebar di Barat dan di Timur. Pribadi seperti ini tidak ditemukan kecuali pada diri Imam Asy-Syafi’i (Al-Munaqib li al-Baihaqi, Vol. 1, hal.54) dan ia adalah suku Quraisy.

Imam Asy-Syafi’i hijrah dan tiba di Mesir untuk kali pertama pada tahun 199 H/814-815 M di awal pemerintahan al-Ma’mun. Kemudian kembali ke Baghdad dan tinggal selama satu bulan di sana.

Di akhir masa hidupnya, Imam Asy-Syafi’i menderita penyakit kronis, yakini wasir. Ia meninggal dunia di Mesir pada malam Jumat setelah Isya terakhir, tepatnya setelah ia menunaikan ibadah shalat Maghrib pada hari terakhir bulan Rajab. Ia dimakamkan pada hari Jumat pada tahun 204 H/820 M. Di Masjid yang (sering) ia kunjungi di Hayy al-Syafi’i Kairo.

Berikut karya-karya Imam Asy-Syafi’i

  1. Al-Risalah al-Qadimah (Kitab Hujjah)
  2. Al-Risalah al-Jadilah
  3. Ikhtilaf al-Hadist
  4. Ibthal al-Istihsan
  5. Ahkam al-Qur’an
  6. Bayadh al-Fardh
  7. Shifah al-Amr wa al-Nahy
  8. Ikhtilaf al-Iraqiyyin
  9. Ikhtilaf Muhammad bin al-Hasan
  10. Fadha ‘il Quraisy
  11. Kitab al-Umm
  12. Kitab as-Sunan.

Sumber : Biografi Imam Asy-Syafi’i (Kitab al-Umm jilid 1)

Comments

comments