JANGAN JADI MUSLIM ZOMBIE

0
3769

Siapa yang tidak kenal serial film Walking Dead, House of Dead atau Zombie Land. Cerita ketiganya sama. Masyarakat mendapatkan serangan virus yang mengakibatkan gagalnya fungsi otak, sehingga semua manusia yang terinfeksi virus menjadi mayat hidup yang akan memakan manusia yang belum terkena virus. Biasanya, seluruh rangkaian ceritanya hampir mirip. Tokoh pada film-film tersebut berupaya bertahan (survive) dari serangan zombie-zombie ini.

 

Sedikit sekali kita, kaum muslim, menelaah lebih dalam tentang pesan tersirat pada film zombie ini. Kita terpukau oleh kecanggihan Hollywood dalam menampilkan adegan-adegan spektakuler. Larut dalam thriller yang menegangkan. Padahal bila kita cermati ada pesan yang disampaikan dalam film bertema zombie ini.

 

Secara penampakan, zombie adalah mayat hidup. Ia memiliki panca indera yang lengkap, termasuk otak yang utuh. Namun panca inderanya ini tidak dikendalikan oleh akalnya. Fungsi akal hanya dibatasi untuk memburu manusia yang belum terinfeksi virus. Indera pendengar, penglihat dan perasa tidak berfungsi selayaknya manusia normal. Ia lagi-lagi hanya berfokus kepada satu hal: menemukan manusia yang belum terinfeksi lalu memakannya, membunuhnya!

 

Melihat ini, jangan-jangan, kita sudah menjadi zombie. Mari kita cermati salah satu ayat dalam Al-Quran, surat Al-A’raf ayat 179

 

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

 

Allah Swt mengutuk manusia yang memiliki hati dan panca indera namun tidak dipergunakan untuk mengenal-Nya. Potensi fisik, kecantikkan, dan kecerdasan tidak digunakan untuk menjalankan aturan Allah Swt. Manusia ini, Allah samakan dengan binatang ternak. Bahkan Allah rendahkan lagi sebagai makhluk yang lebih sesat dan lalai.

 

Saat ini kita melihat, life style hedonis yang modern, maju dan penuh kompetisi yang diback up oleh ideologi kapitalis, melupakan peran Allah Swt dalam setiap saat. Allah sedikit dilibatkan dalam kehidupan keseharian. Bahkan mungkin ditinggalkan. Allah baru dipanggil dan dibutuhkan bila ada masalah yang pelik, sakit parah, bangkrut dimana semua rekan meninggalkan kita. Sisanya, Allah disebut secara terbatas dalam ibadah-ibadah ritual, yang itupun hanya menjadi rutinitas, bukan prioritas. Allah Swt dikalahkan oleh rapat, pekerjaan, belanja dan hiburan. Hanya sisa waktu dan tenaga. Tak heran, kita tengah terinfeksi virus zombie ini.

 

Silahkan kita bersama-sama memeriksa berapa kuantitas ibadah ritual kita. Apakah ibadah tersebut kita laksanakan secara ikhlas, tuma’ninah, tidak tergesa-gesa, mengalahkan aktivitas bisnis dan pekerjaan kita? Bagaimana dengan ibadah sunnahnya? Bagaimana dengan membaca Al-Qur’an? Hapalan yang kita miliki terus bertambah apakah justru berkurang? Berapa besar uang yang sengaja kita alokasikan untuk sedekah? Apakah kita senantiasa memeriksa halal/haram setiap makanan yang masuk dalam tubuh kita, memeriksa halal/haram uang yang kita dapatkan? Bagaimana dengan ibadah dakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran? Apakah kita sudah terkoneksi dan berkesesuaian antara perkataan dan perbuatan? Apakah secara rutin kita meluangkan waktu untuk mencari ilmu agama dan mengamalkannya? Apakah kita memiliki hutang ribawi? Ini masih secara kuantitas, belum berbicara kualitasnya. Masih banyak daftar pertanyaan keIslaman kita yang barangkali tidak dapat kita jawab atau terkejut betapa banyak kewajiban-kewajiban dari Allah yang dilalaikan.

 

Dosa yang secara sadar dilakukan terus menumpuk, menyebabkan hati kita tidak peka pada kebenaran. Membuat kita malas beribadah. Bila Zombie dalam film hanya terfokus pada manusia untuk ia makan, bisa jadi, kita pun sama. Kita lebih tertarik pada tawaran-tawaran duniawi, seperti bisnis, proyek yang menghasilkan uang. Tangan dan mata kita lebih sering melihat discount, mobil baru, baju baru, sementara mobil lama masih bisa digunakan. Baju menumpuk tidak dikenakan.

 

Memamerkan dunia hingga melupakan bahwa harta tersebut tidak dapat menolong kita di akhirat. Mobil mewah yang hanya terparkir di garasi akan dihisab, dan menjadi jawaban yang sulit saat Allah Swt bertanya darimana uang untuk membeli mobil ini berasal dan digunakan apa mobil tersebut? Sangat mungkin, justru mobil tua yang sering mengangkut jamaah ke majelis taklim akan menjadi harta termahal pada hisab nanti dibandingkan mobil mewah yang tidak pernah dibawa untuk kebaikan.

 

Agar tidak menjadi zombie, maka yang diperlukan adalah mengubah pola pikir kita. Luruskan kembali orientasi hidup kita bahwa hidup untuk beribadah. Aktivitas hidup harus bersandar kepada aturan-aturan Allah Swt. Menjadikan hukum syara’ (halal dan haram) sebagai standar perbuatan kita. Secara rutin menghadiri majelis ilmu dan ikut serta dalam mendakwahkannya. Perbaiki diri secara terus menerus dan juga memperbaiki masyarakat. Cara ini yang akan memfilter diri kita dari serangan virus hedonisme, kebebasan dan bahkan sekularisme. Selalu melakukan kebaikan meski tidak diketahui manusia. Meski terkadang harus tertatih-tatih, namun dengan penuh kesabaran, kita harus yakin dapat terhindar dari virus zombie ini. Wallahu’alam bishshawab

Comments

comments