Menyikapi Trend
Saat ini jagat dunia maya diramaikan dengan trend #10yearschallange. Apa itu #10yearschallange? Itu merupakan sebuah tantangan bagi siapapun untuk memasang kembali foto sepuluh tahun yang lalu. Sasaran dari tantangan ini adalah bagi setiap orang tak terkecuali adalah muslim dan muslimah.
Bagi sebagian kalangan tantangan ini merupakan hiburan semata yang tak bernilai apa-apa. Tapi bagi sebagian yang lain tentu tantangan ini sangat meresahkan. Pasalnya ada dari kalangan muslimah yang dengan bangganya memposting foto sepuluh tahun yang lalu yang notabene ia belum berhijrah. Walhasil foto yang dipostingnya adalah foto yang mengumbar auratnya.
Sebagai seorang muslim dan muslimah, perlunya kita menyikapi trend ini secara bijak. Agar kita tidak salah dalam mengambil sikap. Kita harus dudukkan masalah ini dengan tepat.
Trend #10yearschallange adalah trend tentang foto. Menjadi pertanyaan adalah foto seperti apa yang akan kita posting? Kalau foto itu justru foto yang mengumbar aurat kita, baik pada laki-laki maupun pada perempuan, tentu apapun itu kita tidak boleh mempostingnya.
Khusus terhadap perempuan, dalil yang menjelaskan mengenai kewajiban untuk menutup aurat sangatlah banyak. Misalnya dalam surat An-Nur ayat 31:
وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَاۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوۡ ءَابَآئِهِنَّ أَوۡ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآئِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ بَنِيٓ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ بَنِيٓ أَخَوَٰتِهِنَّ أَوۡ نِسَآئِهِنَّ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّٰبِعِينَ غَيۡرِ أُوْلِي ٱلۡإِرۡبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفۡلِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يَظۡهَرُواْ عَلَىٰ عَوۡرَٰتِ ٱلنِّسَآءِۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِأَرۡجُلِهِنَّ لِيُعۡلَمَ مَا يُخۡفِينَ مِن زِينَتِهِنَّۚ وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣١
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang berbunyi:
“Sesungguhnya seorang anak perempuan jika telah haid (baligh) tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali wajah dan kedua tangannya hingga pergelangan tangan.”
Dua dalil tersebut jelas memerintahkan untuk menutup aurat bagi perempuan, dan jika pun aurat boleh terlihat tentunya hanya untuk orang-orang yang diperbolehkan untuk melihat sesuai apa yang ditunjukkan oleh Alquran.
Pada kasus #10yearschallange, foto yang diposting tidak diharuskan menutup aurat. Dan foto yang telah diposting tentu bisa dikonsumsi oleh siapa pun. Pada titik inilah setiap wanita harus benar-benar bijak dalam melihat trend tersebut.
Kalau kita lihat dari aspek sosiologis, trend narsis ini bisa berdampak pada penyakit hati seperti: riya, ingin dipuji dan ditempatkan pada posisi yang paling tinggi di mata orang lain. Jelas ini juga musti diperhatikan. Jangan sampai hati yang sudah dirawat dengan baik, justru terkotori oleh trend yang sifatnya sementara ini. Bukankah sabda nabi mengatakan:
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh. Namun, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Muslim)
Yang terakhir jika dilihat dari aspek politis, trend ini memang diarahkan secara tidak langsung untuk para kaum hawa. Tujuannya apa, supaya atas nama trend mereka mau memposting foto. Baik foto itu menutupi aurat atau tidak. Bagi yang foto tersebut menutupi aurat, tidaklah begitu bermasalah, namun yang tidak menutup aurat ini jelas bermasalah.
Masalahnya adalah bahwa foto yang tidak menutupi aurat, menjadi dosa investasi bagi si perempuan tersebut ketika banyak laki-laki yang melihatnya. Dan ini membuka peluang dosa-dosa baru yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. Misalnya, ketika ada seorang perempuan memasang foto sepuluh tahun lalu dengan pose yang seksi, kemudian hal itu membuat gairah seksual laki-laki meningkat, akibatnya laki-laki tersebut melakukan tindakan yang diluar batas. Tentunya jika ini terjadi, bukan saja karena laki-laki yang berbuat, tetapi ada peran foto perempuan tadi yang berkontribusi memunculkan tindakan bejat tersebut.
Maka dari itu, berpikir kritis sebelum bertindak sangatlah penting. Hal ini akan menuntun kita pada penglihatan yang mendalam. Yang tentunya akan membantu untuk mengambil langkah yang bijak. Jangan sampai kerugian datang menghampiri kita karena ketidakkritisan kita melihat suatu fenomena. Maka dari itu mulailah menjadi pribadi-pribadi yang kritis terhadap segala sesuatu.
Penulis: Budi Santoso
Akun Instagram : @budisantoso1318