Bila dalam benak kita, ajal kematian adalah momentum yang memisahkan manusia. Berpisahnya suami dengan istrinya, anak dengan orang tuanya, atau dengan orang-orang yang menyayanginya, maka sejatinya itu keliru. Kematian bukanlah perpisahan karena kita pun, cepat atau lambat, akan bertemu dengan kematian, ajal. Lalu menempuh proses perjalanan hidup berikutnya, hingga pada akhirnya nanti akan kembali dipertemukan kembali dalam surga Allah Swt.
Diriwayatkan dari Imam Muslim, Anas bin Malik r.a. mengatakan, “Sejak memeluk Islam, kami tidak pernah merasakan kebahagiaan melebihi kebahagiaan yang kami rasakan karena mendengar sabda Rasulullah saw, ‘Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai’”
Dalam hadist tersebut, kelak saat seluruh proses perjalanan dari alam barzah hingga hisab telah terlampaui, dan dengan rahmat Allah Swt, kita digolongkan orang-orang beruntung dengan dimasukkan dalam surganya, maka sejak saat itu kita bisa meminta untuk dipertemukan dengan orang-orang yang kita cintai. Masyaallah.
Persoalannya adalah apakah kita, keluarga kita, dan orang-orang yang kita sayangi, benar-benar memiliki keinginan yang sama untuk bertemu kembali di surganya, atau malah sebaliknya. Memilih untuk hanya bercengkerama, bertemu dan bersama di dunia yang sebentar dan fana karena perpisahan sejati adalah saat orang yang kita cintai lebih memilih untuk berada di neraka sementara kita di surga, atau sebaliknya.
Oleh karenanya, berpegang teguh pada syariat Allah Swt, mempelajarinya, memperjuangkan, mengamalkan dan mengajarkan kepada keluarga, rekan dan masyarakat sesungguhnya wujud keengganan kita untuk berpisah dengan mereka. Bentuk cinta suci agar kita dapat bertemu tidak saja di dunia yang penuh fitnah, namun bertetangga secara kekal di surga, dimana tidak ada rasa bosan, keluh kesah, lelah dan kekecewaan. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah ditanya, “Wahai Imam, kapankah waktu istirahat itu?” Beliau menjawab, “(Istirahat yang sesungguhnya ialah) pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu di dalam surga”
Ya, di sanalah sesungguhnya tempat istirahat yang hakiki. Sangat hakiki. Wallahu’alam bishshawwab