Beberapa tempat yang wajib dikunjungi secara sengaja adalah rumah sakit, khususnya bagian ICU (Intensif Care Unit), penjara dan kuburan. Di rumah sakit kita menemukan pasien-pasien tergolek lemah. Bahkan sebagian dari mereka tengah meregang nyawa. Demikian pula di penjara. Hak merdeka para terpidana dicabut dikarenakan tindak pidana yang dilakukan, seperti mencuri, membunuh, korupsi. Sementara itu di kuburan, kita melihat mereka yang sudah wafat. Berpangkat atau tidak. Kaya atau miskin. Pendidikan tinggi atau bukan. Cantik, tampan, artis, bintang film atau hanya pekerja kasar, tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Semuanya berakhir sama. Tinggal tulang belulang tertutup oleh hamparan tanah setinggi kurang lebih tiga meter.
Ya, itulah dunia yang menipu. Hanya sekadar permainan dan senda gurau belaka. Sebagaimana Allah Swt ingatkan dalam Quran surat Al-An’am ayat 32.
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?”
Dalam ayat di atas, Allah lagi-lagi menekankan bahwa akhirat itu lebih baik dibandingkan dunia. Harus diperjuangkan. Memandang bahwa akhirat lebih baik daripada dunia, menurut ayat tersebut, adalah indikasi orang-orang bertakwa.
Inilah visi hidup muslim. Dunia tidak dijadikan prioritas untuk diperjuangkan hidup dan mati. Ia merupakan sarana untuk memperbanyak amal ibadah. Kerugian seorang muslim adalah saat usianya terus menua, dunia kian jauh meninggalkannya, namun ia tidak menyadari dan tidak mempersiapkan bekal untuk pulang.
Memang benar. Fitrah manusia mencintai harta, kedudukan, pangkat dan kekuasaan. Semua berlomba-lomba mendapatkan itu. Ingin hidup baik. Memastikan anak keturunannya hidup dengan layak. Namun terpikirkankah kita bahwa mati pun harus dipersiapkan untuk akhir yang baik (husnul khatimah).
Visi hidup muslim harus mendesain untuk apa dan bagaimana ia menghabiskan hidup. Bila ia bercita-cita husnul khatimah, maka ia persiapkan dan jalankan secara istiqamah, terus-menerus dan tanpa bosan. Hingga rasa bosan pun bosan kepadanya.
Dalam satu hadist panjang, Rasulullah saw mengingatkan kepada kita mengenai amalan tergantung akhir.
Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslim yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)
Dalam riwayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.
Karenanya, dunia dalam cara pandang seorang muslim, cukup disimpan di tangan. Digali potensi amal shalih pada kehidupan dunia. Digunakan secara cermat sisa umur. Tidak kemudian disimpan di hati, memperoleh harta dunia, pangkat dan kekuasaan, tanpa melihat halal dan haram. Semoga kita semua digolongkan menjadi muslim bertakwa yang dipanggil pulang dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin.