Tidak terasa, Ramadhan meninggalkan kita. Harapan seluruh umat Islam adalah, pertama, diterima amal ibadah shaum dan seluruh aktivitas sepanjang bulan Ramadhan, diantara amalan-amalan tersebut, Allah Swt mencatat pula kebaikan kita pada malam lailatul qadr. Kedua, Allah Swt takdirkan kita bertemu Ramadhan tahun berikutnya.
Dari pandemi Covid 19 ini banyak pelajaran, hikmah yang didapat. Betapa Ramadhan tanpa shalat tarawih di masjid, tanpa itikaf bahkan shalat Iedul Fitri diselenggarakan secara individu, benar-benar memberikan rasa menyesal. Mengapa kita tidak memaksimalkan saat Ramadhan tahun lalu.
Belum lagi acara syiar seperti tarhib Ramadhan, tabligh akbar dan buka shaum dan sahur bersama, yang saat ini tidak dilaksanakan, menjadikan Ramadhan tahun ini hening. Tapi tentunya perbedaan situasi ini tidak mengurangi hikmah, pahala dan keberkahan Ramadhan. Bahkan syiar dakwah masih tetap menggema dengan cara yang berbeda. Termasuk kajian-kajian fiqh terkait hukum-hukum seputar Ramadhan yang dahulu belum sempat terkaji, semisal hukum shalat idul fitri sendiri.
Singkatnya, dalam situasi apapun, seorang muslim harus tegar, sabar dan siap menghadapi semua kondisi. Tanpa mengurangi semangat kita untuk terus beribadah, mendekatkan diri kepada Allah Swt (Taqarrub ilallah).
Di bulan Syawwal ini, mari kita berbenah kembali. Menyetel semangat ibadah kita, kebiasaan baik kita yang mungkin terjeda saat Ramadhan berakhir. Shaum sunnahnya, membaca Al-Qurannya, sedekahnya, infaknya, berdoanya dan ibadah-ibadah lainnya yang saat Ramadhan selalu dilakukan. Salah satu ciri diterima amal ibadah Ramadhan kita adalah dimudahkan melakukan amal shalih setelahnya.
Ini merujuk pada sebuah hadist, “Berbuat jujur, karena kejujuran akan mengantarkanmu pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkanmu kepada surga.” (HR. Muslim).
Seolah jujur mengundang kebaikan dan kebaikan mengundang surga. Dalam satu pepatah Arab, disebutkan, “Amal-amal kebaikan berseru, ‘Kemarilah saudaraku… kemarilah.’ Dan amalan dosa juga menyeru, ‘Kemarilah saudaraku, kemarilah.’”.
Dengan kata lain, saat kita melaksanakan amal shalih yang saat Ramadhan selalu kita lakukan, ini bertanda bahwa amal kita diterima.
Ciri selanjutnya adalah merasa amal shalih belum sempurna, merasa kecil dan tidak sombong dengan ibadah yang diperbuat. Karena amal shalih dipandang belum sempurna, maka kita terus dan terus melakukan amal. Kita tidak tahu amal mana yang nanti akan menurunkan rahmat Allah Swt.
Mari berbenah dan memanfaatkan waktu selagi ada. Wallahu’alam bishshawwab