Sebagai kealamiahan, waktu terus melaju. Terus begitu. Manusia pun demikian. Dilahirkan, remaja, dewasa dan kembali pulang ke kampung asalnya. Akhirat.
Dirayakan atau tidak. Dihitung atau tidak. Waktu terus berjalan hingga pada satu titik, ia berhenti. Jadi perayaan hakiki dalam setiap pergantian waktu adalah introspeksi. Evaluasi.
Mungkin sedikit diantara kita menyadari. Pergantian tahun berarti satu tahun, kita lebih tua. Fisik semakin lemah. Sementara itu, tanggung jawab semakin besar. Bila Anda saat ini masih sekolah, tanggung jawab satu tahun ini akan jauh lebih besar. Bila Anda mahasiswa, saat Anda lulus akan menanggung beban yang lebih besar dibanding sebelumnya. Sama halnya dengan Anda yang bekerja. Anda akan menghadapi tantangan lebih besar. Bahkan, satu tahun ini, seandainya ini tahun terakhir kita hidup, urusan kita setelahnya pasti akan sangat besar.
Karenanya, bukan perayaan hura-hura atau pesta pora yang dibutuhkan. Sesungguhnya setiap hari adalah baru. Waktu baru. Lalu, sudahkah kita sedikit meluangkan waktu untuk merenung. Berintrospeksi. Evaluasi. Berapa besar manfaat dari langkah kita untuk kehidupan akhirat pada setiap perubahan waktu. Singkatnya, amal shalih terbaik manakah yang dapat kita sembahkan pada Allah Swt?
Sangat mungkin, kita tidak pernah membuat resolusi detail tentang urusan akhirat kita. Kalau pun ada, tidak cukup percaya diri, bukan menjadi amal unggulan, karena kita lebih fokus pada pencapaian dunia, dunia dan dunia. Sehingga wajar bila rasa bosan dengan rutinitas. Lelah dengan masalah yang bagi sebagian orang sebenarnya sepele.
Kita sering mengeluh terhadap makanan yang itu-itu saja. Komplain tentang AC yang kurang dingin. Mobil yang itu-itu saja. Bertengkar hanya gara-gara perbedaan kesukaan, hobi, pilihan warna, berita gosip, dan masalah receh yang tidak berkait dengan urusan akhirat. Sementara hal besar yang berhubungan dengan halal dan haram, surga dan neraka, tidak pernah terlintas dalam benak kita.
Kita banyak dihabiskan dengan ambisi, eksistensi dan personal branding untuk menaikkan pamor dan kedudukan kita yang bisa jadi tidak memberikan kemaslahatan bagi siapapun. Terkecuali menumpuk pundi-pundi harta dengan itu semua. Sementara, kita tidak pernah mau berpikir, disaat bersamaan, jatah usia kita menepis dan perbuatan tersebut tidak menambah kebaikan dan investasi akhirat.
Nikmat waktu adalah salah satu nikmat yang mudah sekali kita sia-siakan. Padahal Allah Swt mewanti-wanti atas nikmat waktu tersebut. Allah Swt berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihat supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-Ashr 1-3).
Tentunya agar tidak menjadi manusia merugi, diperlukan perubahan mindset. New Mindset. Pola pikir baru dalam melihat dunia. Kita harus menetapkan visi. Sesuai Q.S Al Ashr 1-3 di atas, visi iman dan amal shalih. Mindset kita harus dikaitkan dengan iman dan amal shalih. Anda di sebut sukses, bila sukses itu dilandasi oleh iman dan menambah keshalihan Anda. Kekayaan Anda akan membuat Anda semakin bertakwa, tidak sebaliknya. Maka Anda sukses.
Tidak cukup iman dan amal shalih shalih saja, visi kita harus ditambah dengan dakwah. Saling memberi nasihat. Mengingatkan, meluruskan kawan, masyarakat hingga lebih jauh pemimpin/penguasa. Tidak cukup dengan shalih sendiri secara spiritual, namun perlu ada keshalihan sosial.
Sudahkah pikiran kita memahami, bahwa hidup tidak sekadar belajar dan bekerja, mencari uang, penghidupan kemudian menua dan tiada. Namun ada aktivitas yang diusahakan sebagai bekal akhirat. Jika belum, maka ubah mindset kita. Tahun baru dengan mindset baru!